Kamis, 04 April 2013

Hardian Amalia: NTT Ini Surga

Hardian-Amalia.jpg Banyak orang memplesetkan NTT dengan nasib tidak tentu. Tetapi Hardian Amalia, S.H berpendapat lain,  tergantung  dari cara pandang seseorang. Kalau kita berpikir positif dalam berusaha, hasil yang dicapai tentu positif juga.

Lia Anwar, demikian ia disapa, adalah salah satu Owner Bakso Monas di Jalan Perintis Kemerdekaan I Kota Kupang. Ia disapa Lia Anwar karena suaminya seorang perwira polisi, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Anwar Sunarjo, SIK.

Lia lahir di Kendal, Jawa Tengah (Jateng), 12 Juli 1977. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil di Departemen Keuangan Republik Indonesia (RI) dan ibunya seorang bidan. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengenyam pendidikan SD hingga SMA di Kendal. Setelah itu melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Di universitas itu, Lia kuliah di fakultas ekonomi. Lia tamat bergelar Ahli Madya (D3) Ekonomi.

Setelah tamat kuliah, Lia bertemu Anwar Sunarjo yang kemudian menjadi suaminya. Saat itu, AKBP Anwar Sunarjo, SIK bertugas di Semarang, Jateng. Setelah menikah, Lia kuliah lagi di Universitas 17 Agustus Semarang. Di universitas tersebut, Lia  kuliah di fakultas hukum hingga tamat  meraih gelar sarjana hukum (SH).

Ia berpindah ke jurusan hukum supaya cocok dengan pekerjaan yang ditekuni suaminya sebagai anggota Polri, salah satu institusi penegak hukum di republik ini. Tujuan kuliah bidang hukum, tutur Lia, aga ia bisa menjadi pengacara atau notaris.

Meski sudah bergelar sarjana hukum, ternyata jiwa Lia  cocok menekuni dunia ekonomi dan bisnis. Itulah sebabnya ketika suaminya pindah tugas di Polda NTT tahun 2004, Lia  tertarik membuka bisnis. Apalagi ketika tahun 2005, saat suaminya, Anwar Sunarjo, dipercayakan menjabat Wakapolres Kupang dan berkunjung ke sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Kupang, hati Lia  tergerak untuk berbisnis.

"Saat itu saya melihat warga di wilayah Kabupaten Kupang ada yang kesulitan mendapatkan beras dengan harga yang murah di kecamatan-kecamatan. Saya kemudian berbisnis beras, membeli dari Badan Usaha Logistik (Bulog) dan kemudian membawa ke Oesao,  Amarasi dan kecamatan lainnya untuk menjual beras Bulog dengan harga yang lebih rendah dari beras lokal," kata Lia saat ditemui di tempat usahanya Bakso Monas, Jalan Perintis Kemerdekaan I Kota Kupang, Selasa (26/3/2013) siang.

Lia  senang menekuni bisnis ini karena bisa membantu sesama yang kesulitan mendapatkan beras dengan harga terjangkau. Apalagi saat  musim hujan warga kesulitan mendapatkan beras dari Kota Kupang.

Dengan menggunakan kendaraan truk, Lia membawa beras bulog ke wilayah kecamatan untuk dijual kepada masyarakat. Bisnis jual beras terus ditekuni Lia. Pada tahun 2008, istri perwira polisi ini mendirikan CV Asalia dengan bidang usaha penjualan beras dan sembako.

"Semuanya itu saya tekuni dengan dukungan suami. Meskipun suami sibuk dengan pekerjaannya dan hanya ikut mendampingi saya kalau sedang hari libur. Suami tidak melarang saya berbisnis. Hidup ini banyak kebutuhannya. Kalau hanya harap uang gaji suami tidak cukup," ujar ibu dua anak yang masih tampak cantik ini sambil tersenyum.
Bisnis Lia perlahan-lahan  berkembang bagus.

Pada tahun 2010, Lia bergabung dengan Benny Lerrick, yang sudah dianggap sebagai keluarganya mendirikan CV Elmylia.  Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha Bakso Monas dan Elmylia Hotel & Lounge. Usaha Bakso Monas sudah beroperasi sejak dua pekan lalu, sementara usaha Elmylia Hotel & Lounge saat ini sedang dalam proses pembenahan. Diperkirakan bulan Mei 2013, Elmyli Hotel & Lounge mulai beroperasi.

"Kalau kita berusaha dan berpikir positif dalam bekerja akan mendapatkan hasilnya positif. Tentunya keberhasilan juga diraih karena doa dan dukungan dari keluarga, terutama suami, tetangga, sahabat dan kenalan serta lingkungan sekitar," tutur Lia.

Bagi Lia, NTT bukan singkatan dari nasib tidak tentu. Sebab, demikian Lia, kenyataannya ada banyak potensi dan peluang usaha yang bisa dilakukan oleh orang NTT. Tinggal bagaimana cara pandang orang NTT ini terhadap potensi daerah ini.

"Saya merasa NTT ini surga. Banyak potensi yang bisa dikelola dan dimanfaatkan. Oleh karena itu, kita harus berpikir positif dan jangan lupa berdoa. Dengan doa dan dukungan keluarga, kerabat dan tetangga, yakinlah kita pasti berhasil dalam berusaha," tutur Lia. Amin! *

Frenly dan Esthon-Paul ke Putaran kedua 15 Mei

Pleno KPU Propinsi NTT  menetapkan pasangan Esthon-Paul dan Frenly melaju ke putaran kedua pilgub tanggal 15 Mei 2013 mendatang. Dua pasangan ini ditetapkan KPU propinsi NTT setelah hasil pleno rekapitulasi, tidak ada satupun pasangan calon yang meraih di atas 50 persen atau minimal 30 persen.

Hasil rekapitulasi, pasangan Esthon-Paul memperoleh suara sah 515.836 atau 22,56 persen dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Paket Frenly meraih suara 681.273 suara atau 29,80 persen.

Pasangan yang meraih suara terbanyak ketiga adalah Paket Tunas yang meraih suara sebanyak  514.173  atau 22,29 persen. Di posisi ke empat paket CristAl dengan raihan suara sebanyak 332.569: 14,55 persen dan di posisi buntut paket BKH-Nope yang meraih 242.610 suara atau  10,61 persen.

Di saat KPU NTT menyampaikan bahwa Pilgub NTT masuk putaran keda dan diikuti oleh Paket Esthon-Paul dan Frenly, sontak  ratusan warga yang setia mengikuti pleno itu bertepuk tangan meriah.

Selain menyampaikan hasil perolehan suara pasangan calon dan pasangan calon terpilih, KPU juga menyampaikan adanya dua paket yang menyatakan keberatan terhadap keputusan KPU itu.

Untuk diketahui, Pilgub NTT kali ini dari 3.027. 094, yang menggunakan hak suara sebanyak 2.322.223.  Jumlah suara sah sebanyak 2.286.461 yang tersebar di 8.360 PTS.  Jumlah suara yang tidak sah sebanyak 35.762.

Surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak 1.821. Dan surat suara yang tidak terpakai sebanyak 777.211.*